cerpen
Yakin Aja Sama Allah
Cerpen Karangan: Robby C.A.Kategori: Cerpen Islami (Religi), Cerpen Remaja
Bagai Vampire yang haus darah, di usiaku yang genap delapan belas tahun ini, aku sangat haus akan ilmu. Terutama ilmu keagamaan. Aku bukan orang yang mudah percaya begitu saja dengan ucapan para pemuka agama yang belakangan ini sering kudengar. Kudatangi setiap ada majelis ilmu. Siapapun pembicaranya, dan apapun materinya, selagi itu menyangkut tentang keagamaan, maka akan kudatangi. Selagi itu tidak mengganggu jadwal sekolahku. Biasanya selalu hari sabtu atau minggu.
Bukan tanpa sebab aku ingin menggali agama yang kuanut ini lebih dalam. Ada suatu kejadian yang membuatku sampai kehilangan semangat hidup. Hidup tapi terasa mati. Tak punya arah tujuan. Di sisi lain aku bersyukur diberikan pelajaran menyedihkan itu. Apa mau dikata. Kejadian itu adalah titik balik kehidupanku. Sebuah awal baru. Aku memutuskan untuk meninggalkan kenangan buruk itu dan menjadikannya pelajaran. Kuputuskan untuk lebih dekat pada-Nya. Ya. Inilah pilihanku. Aku tahu setelah memilih jalan ini, rintangan besar sudah siap menghadangku di depan sana. Bahkan mungkin lebih berat dari rintangan-rintangan hidup seperti biasanya. Semuanya harus kuhadapi demi meraih predikat tertinggi. Yaitu taqwa.
Hari ini sepertinya aku akan dapat ilmu baru. Di sekolahku akan diadakan acara “KAMUS”. Singkatan dari kajian muslim yang diselenggarakan oleh ekstra kurikuler rohani isalm (ROHIS). Pembicaranya adalah alumni sekolahku yang lulus lima tahun lalu. Kumbang yang mengajakku untuk mengikuti kajian itu. Kumbang adalah salah satu anggota Rohis dan juga teman sebangkuku di kelas selama dua tahun terakhir. By the way namaku Rifan. Siswa kelas dua belas Sekolah Menengah Kejuruan di ibu kota Negara ini.
“ikut Kajian Muslim yuk, Fan!”. Kumbang mengjakku.
Entah kenapa aku tidak bisa menolak ajakan Kumbang untuk mengikuti “KAMUS”. Aku tidak bisa berkata apa-apa saat Kumbang mengajakku. Seluruh tubuhku seakan telah diambil alih oleh hati kecilku. Aku hanya menganggukan kepala. Menandakan jawaban “ya”.
Aku pun mengikuti Kajian Muslim. Acara berlangsung selama satu jam. Setelah mengikuti Kajian Muslim, ada beberapa kata dari mulut pembicara yang kuingat, diantaranya “barang siapa yang berusaha menuntut ilmu akan dimudahkan baginya jalan menuju surga”. Belakangan kuketahui itu adalah salah satu hadits. Kalimat itu mengaung di dalam kepalaku. Ibarat gema yang terus memantul. Tak apa lah. Selagi itu ilmu, aku suka. Sang pembicara menambahkan tidak hanya dimudahkan jalannya menuju surga tapi juga akan dimudahkan jalannya untuk terus menuntut ilmu di dunia.
“berarti seluruh siswa-siswi di sini akan mudah menuju surga ya?”. Tanyaku ke Kumbang.
“yap, betul sekali”. Jawab Kumbang.
“oh iya hari Minggu ini ada kajian di Masjid pusat kota. Ke sana yuk, Fan!”. Kumbang menajakku ikut kajian lagi. Tanpa pikir panjang, aku langsung meng iya kan ajakannya. Kajian Kali ini lebih besar dengan penceramah yang sudah tidak asing lagi. Yang terpenting kajian yang satu ini terbuka untuk umum. Alias gratis.
Hari Minggu yang dinantipun tiba. Aku menghubungi Kumbang untuk menentukan lokasi pertemuan kami. Saat ingin berangkat, dan menyalakan sepeda motor, ternyata bahan bakar motorku hampir habis. Aku bingung. Uang di dompetku tak cukup untuk mengisi bahan bakar. Berpikir sejenak. Tujuanku ke sana adalah untuk mencari ilmu dan ridha-Nya. Tujuanku adalah rumah-Nya. Semoga perjalananku dimudahkan oleh-Nya.
Dengan keyakinan yang ada. Dengan sisa bahan bakar yang ada. Aku berangkat menemui kumbang di lokasi yang sudah kami tentukan sebelumnya. Memang, jarak dari rumahku ke lokasi pertemuan kami cukup jauh. Belum lagi ke lokasi kajian. Kumbang tidak tahu akan hal ini. Di perjalanan aku sudah membayangkan pasti akan mendorong motorku karena kehabisan bahan bakar. Ah sudahlah. Aku bertemu Kumbang di lokasi yang sudah kami sepakati. Kami langsung menuju lokasi kajian. Sampai di lokasi kajian, aku dan Kumbang bersuci terlebih dahulu kemudian mamasuki masjid. Ramai sekali di dalam sini. Tidak seperti kajian muslim di sekolahku waktu itu. Hadirin yang datang didominasi bapak-bapak. Remaja hanya sedikit yang hadir.
Kajian itu berlangsung selama kurang lebih dua jam. Banyak ilmu yang kudapat. Alhamdulillah. Terhitung sebanyak lima halaman buku catatanku terisi penuh. Aku sengaja membawa buku catatan kecil untuk mencatat apa-apa yang penting. Menurutku, ilmu itu seperti binatang buas yang jika tidak ditangkap akan mudah lepas. Jika hanya didengar saja maka ilmu akan cepat terlupakan.
Lumayan juga hasil buruan ilmuku hari ini. dapat lima halaman. Kajian selesai beberapa menit sebelum adzan Dzuhur. Dilanjutkan dengan sholat Dzuhur berjama’ah, kemudian pulang. Aku sedikit bingung saat hendak pulang, karena entah masih cukup atau tidak bahan bakar yang tersisa di motorku untuk perjalanan pulang. Rupanya ekspresi bingungku mencurigakan bagi Kumbang.
“ada apa, Fan?”.
“Faaan…?”. Kumbang kembali bertanya.
“… oh tidak ada apa-apa kok hehe. Aku sedikit melamun tadi”. Aku tidak mau Kumbang tahu soal bahan bakar motorku yang tinggal sangat sedikit ini. kami pun berangkat pulang. Sebelumnya aku harus mengantarkan Kumbang pulang dulu.
Belum ada setengah perjalanan menuju kediaman Kumbang, hal yang kutakutkan terjadi. Motorku mogok karena kehabisan bahan bakar. Sial. Ditambah lagi tidak ada SPBU dan penjual bahan bakar eceran di sekitar sini.
“kenapa motormu, Fan?. Bensinnya habis?”. Kumbang bertanya padaku.
“hmm… sepertinya begitu”. Aku pura-pura tidak tahu.
Mau tidak mau harus kudorong motorku ini ke SPBU yang sepertinya masih jauh. Sekitar tiga menit aku mendorong motor, Kumbang menawarkan diri gantian mendorong motor. Aku menolaknya dengan alasan masih kuat. Tak lama kemudian, datang seorang pengendara motor menghampiri kami. Seorang laki-laki, mengenakan helm dengan kaca kaca hitam gelap. Motornya bagus, stelan busananya rapi. Seperti pagawai kantor atau semacamnya.
“motormu kenapa, dik?”. Laki-laki itu bertanya.
“bahan bakarnya habis”. Jawabku.
“SPBU masih jauh ya?”. Kumbang bertanya pada laki-laki itu.
“iya, masih jauh, dik”. jawab laki-laki itu.
Laki-laki itu berbicara tanpa membuka kaca helm nya yang berwarna hitam gelap. Aku sampai tidak bisa melihat wajahnya. Awalnya aku curiga, tapi karena orang ini berniat ingin membantu, aku berusaha membuang prasangka buruk ini. laki-laki ini bersedia mendorong motorku dengan kaki sambil mengendarai sepeda motornya. Kumbang dibonceng laki-laki itu di belakangnya. Beliau sangat baik. Kuat pula. Ia tetap mendorong motorku dengan kakinya meski melewati beberapa jalur menanjak.
Akhirnya kami tiba di SPBU, dan berhenti disana. Tak hanya membantu mendorong motorku sampai ke SPBU, laki-laki itu juga membelikan motorku bahan bakar dengan uangnya. Ya ampun sungguh baik laki-laki ini. Beliau seperti sudah tahu kalau uangku tidak cukup untuk membeli bahan bakar. Sampai terakhir aku berterimakasih padanya, beliau tetap tidak membuka kaca helmnya yang berwarna hitam gelap itu. Biaralah. Yang penting aku tertolong.
Setelah mengantarkan Kumbang pulang ke rumahnya, aku melanjutkan perjalanan pulang. Selama di perjalanan, aku masih memikirkan kejadian yang baru kualami. Sebenarnya siapa laki-laki itu?. Aku sangat berhutang padanya. Meskipun aku tidak mengenalnya, semoga Tuhan membalas kebaikannya dengan surga. Tapi siapakah dia?. Yang tidak pernah membuka keca helmnya yang berwarna hitam. Siapa dia?. Yang suaranya halus tapi terdengar jelas di telingaku saat itu. Di pinggir jalan yang berisik. Mungkin inilah yang dimaksud sang pembicara kamus beberapa waktu lalu, bahwa tidak hanya akan dimudahkan jalannya untuk menuju surga, tapi juga akan dimudahkan jalannya untuk terus mencari ilmu di dunia.
sumber dari http://cerpenmu.com/
sangat bagus
BalasHapus